Melihat Tradisi Lebaran Enam di Kampar

Di dalam merayakan IdulFitri masyarakat di Indonesia dilaksanakan berbagai macam tradisi atau budaya masyarakat setempat. Mulai dari Aceh sampai ke Papua, tentunya budaya ini berbeda antara satu daerah dengan daerah lainnya. Oleh karena itu, sebagai warga negara yang mencintai beragam tradisi dan budaya merayakan hari raya IdulFitri itu, maka perlu kita melihat, membaca dan menyaksikan beragam daripada budaya tersebut.

Melihat Tradisi Lebaran Enam di Kampar

Salah satu budaya dan tradisi itu adalah Lebaran Enam atau hari raya enam, yaitu tradisi lebaran di kabupaten Kampar, Lebaran Enam merupakan suatu tradisi dalam rangka merayakan IdulFitri besar yakni 1 syawal yang dilaksanakan setiap tahun, lebaran enam dilaksanakan setelah selesai melaksanakan puasa 6 hari di bulan Syawal, puasa enam dilaksanakan setela hari pertama lebaran atau hari raya IdulFitri.

Masyarakat Riau, mereka menetapkan Lebaran Enam ini sebagai Budaya setempat. Lebaran Enam memiliki daya tarik tersendiri, bahkan disebut lebih ramai dibandingkan dengan perayaan IdulFitri. Tidak hanya bagi masyarakat setempat, bahkan bagi wisatawan Lebaran Enam juga memiliki daya tarik tersendiri.

Pengunjung atau wisatawan yang banyak datang untuk melihat hari raya Lebaran Enam ini, penduduk Islam dari Malaysia, karena jarak daerah ini juga tidak terlalu jauh dari negara Malaysia, ditambahak wisatawan lokal, pengunjung bisa mencapai ribuan dalam menyaksikan dan ikut meramaikan Lebaran Enam ini.

Melihat Tradisi Lebaran Enam di Kampar

Hari raya Enam ini dimulai dengan berziarah ke kubur. Masyarakat Bangkinang, Kampar menyebutnya dengan sebutan “Aghi Ghayo Zorah atau Hari Raya Ziarah”. Ziarah kubur ini dilakukan secara beramai-ramai bahkan mencapai ratusan orang dalam setiap kelompok.
Ziarah kubur ini dilaksanakan tidak hanya terhadap kuburan sanak family yang meninggal, tetapi juga kuburan masyarakat lainnya, meskipun tidak ada hubungan kekerabatan. Setelah selesai dari satu tempat kuburan ke tempat kuburan lainnya.

Ziarah kubur ini, juga dalam rangka mempererat tali silaturrahim antar warga Kampar. Setelah melaksanakan ziarah kubur para peziarah akan meyeberangi sungai dan menuju sebuah tempat yang bernama Pulau, kemudian dilanjutkan ke Binuang, Desa Cubadak, Muara Uwai hingga ke Kampung Gadang. Berikutnya, jemaah menyeberangi sungai lagi menaiki sampan untuk pulang ke Pulau Langgini dan di tutup dengan kegiatan makan bersama.

Setelah melaksanakan perjalanan dan makan bersama tersebut, barulah mereka kembali ke rumah masing-masing, untuk berkumpul bersama keluarga besar.

1 Comments

  1. Tradisi yang unik, justru lebih meriah setelah lebaran. Nice info

    ReplyDelete
Previous Post Next Post

Contact Form