Jangan Terlalu Cepat Menilai dan Memvonis Buruk Orang Lain

Dalam kehidupan sehari-hari, kita terkadang terlalu mudah sekali menilai dan bahkan memvonis buruk terhadap orang lain. Padahal apa yang kita lihat kondisi seseorang pada saat itu, tidaklah kita ketahui mengapa orang tersebut melakukan hal tersebut. Katakanlah suatu hari ada seseorang yang mencuri, kebetulan hanya satu kali itu saja dia mencuri, kita langsung memvonis dia seorang pencuri. Kata mencuri dan pencuri adalah dua kata yang berbeda maknanya. Jika pencuri adalah seseorang yang memang kebiasaannya melakukan pencurian, berbeda dengan mencuri yang hanya satu kali ia lakukan, maka belum dapat dikatakan bahwa ia adalah seorang pencuri.

Jangan Terlalu Cepat Menilai dan Memvonis Buruk Orang Lain

Banyak hal lain dalam kehidupan ini, di mana kita melihat suatu kondisi seseorang melakukan hal buruk di mata kita, tanpa kita sadari hal yang melatar belakangi mengapa ia melakukan hal tersebut. Kita langsung saja menilai buruk terhadap orang itu. Bahkan tidak hanya menilai buruk, kita bahkan tega memvonis buruk terhadap orang lain tersebut.

Dikisahkan, bahwa ada seorang ayah dan anaknya yang berusia 30 tahun naik kereta apai, lalu sang anak saat masuk dalam kereta api ia sangat kegirangan, dan mengatakan kepada ayahnya, Yah...kereta apinya bagus, ayahnya pun tersenyum, lalu saat kereta api berjalan, sang anak dengan riuhnya mengatakan lagi, yah...kereta apinya berjalan, ayah pun tetap tersenyum. Sepanjang jalan sang anak terus menampakkan kegembiraannya dan seolah hari itu ia baru pertama sekali naik kereta api. Padahal setiap hari sang anak, selalu menggunakan kereta api saat bepergian. Lalu di saat itu, penumpang lain merasa terganggu dan melihat sikap anak yang tak wajar, maka penumpang itu pun berkata kepada ayah sang anak “ Pak...bapak seharusnya memeriksakan kondisi anak bapak, masak sudah sebesar ini, seolah anak bapak masih seperti anak keci.” Sang bapak pun tersenyum, orang tersebut masih saja sibuk membahas kondisi sang anak, seolah ia lebih mengetahui kondisi anak tersebut, dan ia pun merasa heran mengapa sang bapak ini, tidak menegur anaknya seperti itu.
Karena sudah panjang lebar sang penumpang tadi membahas tentang anaknya, sang bapak pun berkata “ Mas...terimakasih ya atas saran yang mas berikan, anak saya seperti ini, tau gak mas ? anak saya ini baru pulang dari rumah sakit, ia baru selesai operasi mata dan hari ini, ia baru melihat keindahan dunia ini”, mendengar penjelasan sang bapak, betapa tekejut dan malunya penumpang yang langsung memvonis buruk tentang anak tadi. Dan ia pun meminta maaf kepada bapak itu, karena telah menilai buruk tentang kondisi anaknya.

Baca Juga : Masih Mengeluh, Bagaimana dengan Mereka  ? 

Kisah di atas menggambarkan kepada kita, bahwa setiap peristiwa ataupun kondisi seeorang melakukan sesuatu, janganlah telralu cepat kita menilai buruk terhadapnya. Karena kita bru bertemu dengan orang tersebut hari itu saja. Cukuplah Allah sang pencipta yang menilai manusia. Kebiasaan menilai buruk seseorang adalah kebiasaan buruk yang tanpa kita sadari sering kita lakukan. Terlalu cepat menilai orang lain, akan berakibat kepada sikap berburuk sangka, bahkan lebih buruk dari itu dapat mengakibatkan fitnah.

Untuk itulah mulai hari ini, janganlah kita terlalu cepat menilai seseorang yang tidak kita ketahui latar belakangnya, bahkan jika pun kita mengetahui tabiat buruk seseorang cukup jadikan ini sebagai pelajaran, untuk dapat kita hindari.

Tak ada manusia yang sempurna, kita hanya berusaha untuk menjadi pribadi yang lebih baik, dari hari ini, esok dan di masa yang akan datang. Cukuplah jadikan pelajarang terbaik setiap kejadian yang kita temui dalam kehidupan, jadikan ia sebagai pelajaran hidup untuk menjadi pribadi yang lebih baik lagi ke depannya.

Semoga tulisan sederhana ini, bermanfaat untuk kita semu yang membacanya. Terimakasih atas perkenan membacanya.

Previous Post Next Post

Contact Form