Tiga Amalan Utama Wasiat Rasulullah

Amalan yang dikerjakan seorang insan beriman hendaknya benar-benar dilandasi dengan ilmu (yang terdapat di dalam Al Qur’an dan As Sunnah) serta keikhlasan mengharap ridhoNya semata, karena tanpa dua hal ini amal kita akan sia-sia, tidak bernilai dan tidak diterima di sisi Allah Ta’ala. Ilmu dan amal bagai dua sisi mata uang yang tak bisa terpisahkan, seorang yang beramal tanpa ilmu maka dia sesat (Dholliiin) dan seseorang yang berilmu tapi tidak diamalkan maka ia dimurkai oleh Allah Ta’ala (Maghdhuubi ‘Alaihim).
Tiga Amalan Utama Wasiat Rasulullah

Rasulullah Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam menunjukkan kepada umatnya berbagai macam amal shaleh yang mengandung keutamaan, kemuliaan, dan pahala serta derajat yang tinggi disisiNya dibanding amalan lainnya. Di antara amalan mulia tersebut adalah apa yang Rasulullah Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam sabdakan dalam haditsnya,

            Dari Ibnu Mas’ud Ra. berkata, saya bertanya kepada Rasulullah SAW: Amalan apa sajakah yang lebih dicintai oleh Allah Ta’ala?, Rasulullah SAW menjawab:” Shalat tepat pada waktunya”, aku berkata, kemudian apa ya Rasulullah SAW?, beliau bersabda: “Berbakti kepada kedua orang tua (Birrul Walidain)”, aku berkata, kemudian apa ya Rasulullah SAW, beliau bersabda, “Jihad di jalan Allah (Al Jihaadu Fii Sabiilillah). (HR. Bukhari Muslim)

Tiga Amalan utama yang menjadi wasiat Rasulullah Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam dalam hadits tersebut adalah

Pertama : Shalat tepat pada waktunya
Shalat memiliki kedudukan yang agung dalam agama Islam. Di antara keutamaannya bahwa ia merupakan tiang agama seseorang, rukun Islam yang kedua, amalan yang akan pertama kali dihisab di hari kiamat kelak, pencegah dari perbuatan keji dan mungkar, wasiat terakhir Rasulullah SAW menjelang wafatnya beliau, pembeda bagi mukmin dari orang-orang munafiq, kafir dan musyrik, serta satu-satunya amalan wajib yang Allah perintahkan langsung kepada NabiNya Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam tanpa perantara malaikat Jibril (ketika Peristiwa Isra dan Mi’raj).

Karena pentingnya kedudukan shalat dalam Islam, maka Rasulullah SAW memerintahkan kepada umatnya untuk mulai mengajarkan shalat kepada anak cucunya sejak dini, menyuruhnya shalat ketika berumur tujuh tahun dan memukulnya ketika tidak mengerjakan shalat padahal telah berumur sepuluh tahun. Khalilullah, kekasih Allah Nabi Ibrahim ‘Alaihissalam memberikan perhatian yang sangat besar terhadap shalat, sehingga ketika ia meninggalkan istrinya Siti Hajar dan putranya tercinta Ismail As. atas perintah Allah Ta’ala, maka doa yang dipanjatkan oleh Ibrahim adalah agar mereka diberikan rezeki berupa buah-buahan dan agar mendirikan shalat. Allah ta’ala berfirman:

Ya Tuhan Kami, Sesungguhnya aku telah menempatkan sebahagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, Ya Tuhan Kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat, Maka Jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri rezkilah mereka dari buah-buahan, Mudah-mudahan mereka bersyukur.” (QS. Ibrahiim: 37)

Tidak hanya itu, Ibrahim As. juga berdoa agar dirinya dan anak cucunya menjadi orang-orang yang senantiasa mendirikan shalat, sebagaimana Firman Allah Ta’ala,
“Ya Tuhanku, Jadikanlah aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap mendirikan shalat, Ya Tuhan Kami, perkenankanlah doaku.”(Q.S. Ibrahiim: 40)
Shalat lima waktu yang merupakan kewajiban bagi setiap muslim telah Allah tentukan waktunya, sebagaimana firmanNya:
Allah Ta’ala berfirman:
“Maka apabila kamu telah menyelesaikan shalat(mu), ingatlah Allah di waktu berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring. kemudian apabila kamu telah merasa aman, Maka dirikanlah shalat itu (sebagaimana biasa). Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman.” (QS. An Nisa: 103)

Dirikanlah shalat dari sesudah matahari tergelincir sampai gelap malam (dhuhur, ashar, maghrib dan Isya) dan (dirikanlah pula shalat) subuh. Sesungguhnya shalat subuh itu disaksikan (oleh malaikat).” (QS. Al Isra: 78)

Shalat lima waktu akan sempurna manakala dikerjakan dengan berjama’ah dan tepat pada waktunya. Shalat ia kerjakan di awal waktu, ia tidak menunda-nunda shalat, ia senantiasa merindukan datangnya waktu shalat dan mengerjakannya dengan penuh kesungguhan dan kekhusyukan. Shalat lima waktu baginya bukanlah kewajiban belaka, namun merupakan kebutuhan utama dalam kehidupannya. Segala hal yang berkaitan dengan dunia ia tinggalkan manakala panggilan adzan berkumandang. Karena orang-orang yang senantiasa menjaga shalat termasuk ke dalam golongan mukmin beruntung yang Allah Ta’ala akan masukkan ke dalam surga Firdaus sebagaimana firmanNya:
“Dan orang-orang yang memelihara shalatnya. Mereka Itulah orang-orang yang akan mewarisi,, (yakni) yang akan mewarisi surga Firdaus. mereka kekal di dalamnya.” (QS. Al Mu’minun: 9 -11)

Kedua: Berbakti kepada Orang Tua (Birrul Walidain)
Birrul Walidain merupakan amalan kedua yang Rasulullah SAW wasiatkan kepada umatnya setelah shalat lima waktu tepat pada waktunya. Inilah amalan mulia yang Allah Ta’ala sandingkan langsung dengan tauhid kepadaNya, sebagaimana tercantum dalam firmanNya,
“Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, ..(Q.S. An Nisa: 36)

“Katakanlah: "Marilah kubacakan apa yang diharamkan atas kamu oleh Tuhanmu Yaitu: janganlah kamu mempersekutukan sesuatu dengan Dia, berbuat baiklah terhadap kedua orang tua (ibu bapak),….” (Q.S. Al An’am: 151)

“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya……”. (Q.S. Al Isra: 23)

Itulah keutamaan berbakti kepada kedua orang tua yang Allah Ta’ala jelaskan langsung dalam Al Qur’an. Kedudukannya yang Allah Ta’ala tetapkan setelah Tauhid (mengesakan Allah), menunjukkan betapa agungnya amalan ini. Maka seorang mukmin yang tidak berbakti kepada orang tuanya (birrul walidain) berarti ia telah melakukan sebuah berdosa besar. Dan dosa dari pada durhaka kepada kedua orang tua itu menempati urutan kedua, tepatnya setelah dosa besar yaitu syirik (menyekutukan Allah) sebagaimana hadits Rasulullah SAW yang disampaikan di depan para sahabatnya,

Maukah aku beritahukan kepada kalian sebesar-besarnya dosa besar, kami menjawab: iya wahai Rasulullah, maka Rasulullah SAW bersabda: “Menyekutukan Allah (Syirik) dan durhaka kepada orang tua…………………” (HR. Bukhari Muslim)

Inilah janji dan ancaman dari Allah Ta’ala kepada hambaNya tentang berbakti kepada kedua orangtua. Surga yang penuh kenikmatan bagi mereka yang senantiasa berbakti kepada orang tuanya dan neraka yang penuh dengan kepedihan bagi mereka yang durhaka. Ridho Allah ada pada ridho kedua orang tua, demikianlah Rasulullah SAW menyampaikan kepada kita dalam sabdanya.

Ketiga: Jihad di Jalan Allah
Dan adapun wasiat Rasululllah SAW yang ketiga adalah tentang jihad fii sabiilillah. Inilah amalan yang merupakan puncak kejayaan Islam, puncak amalan tertinggi dalam menegakkan kalimatullah (Tauhiid) di muka bumi. Dengan Jihad yang Rasulullah Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam dan para sahabatnya Radhiallaahu ‘Anhum   laksanakan, maka Islam menjadi mulia dan tersebar di berbagai penjuru dunia. Allah Ta’ala berfirman:
 “Hai orang-orang yang beriman, maukah kamu kutunjukkan suatu perniagaan yang dapat menyelamatkanmu dari azab yang pedih?. (yaitu) kamu beriman kepada Allah dan RasulNya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui.”(Q.S. As Shaff: 10-11)
Dalam ayat di atas Allah Ta’ala menjadikan jihad sebagai sebuah amalan mulia yang menyelamatkan pelakunya dari azab yang pedih, sebuah perniagaan tiada rugi, perniagaan antara hamba dan Tuhannya yang dijanjikan surga, sebagaimana firmanNya:
Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. mereka berperang pada jalan Allah; lalu mereka membunuh atau terbunuh. (Itu telah menjadi) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil dan Al Quran. dan siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) daripada Allah? Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan Itulah kemenangan yang besar.” (Q.S. At Taubah: 111)
Dua Ayat Al Qur’an di atas menjelaskan kepada kita tentang keutamaan dari jihad di jalan Allah. Islam akan mulia manakala umatnya berpegang teguh terhadap ajaran agama dan berjihad di jalanNya, jika jihad telah ditinggalkan maka yang ada pada umat ini hanyalah kehinaan dan keterpurukan. Rasulullah Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam bersabda dalam haditsnya,
Jika engkau sekalian berjual beli dengan riba, dan menyukai cocok tanam dan berternak, serta meninggalkan jihad di jalan Allah, maka Allah Ta’ala akan menimpakan kehinaan kepada kalian dan tidak akan hilang kehinaan itu sampai kalian kembali kepda agama kalian” (HR. Abu Daud, Ahmad, dan Baihaqi)

Laa ‘Izzata Illa bil Jihad, No Prestige Without Jihad, Tiada kemuliaan kecuali dengan Jihad adalah ungkapan yang sangat tepat bagi kemuliaan Islam. Tentunya adalah jihad yang sesuai dengan ajaran dan tuntunan Rasulullah Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam. Harus ada dalam benak kita keinginan untuk bisa berjihad di jalanNya, baik itu dengan diri, harta, maupun kedua-duanya. Jangan sampai tidak ada sedikitpun keinginan untuk berjihad di jalanNya, karena hal itu bisa menjadikan kita meninggal dalam salah satu sumbu kemunafikan, Naudzubillah min Dzalik.

Itulah tiga amalan mulia wasiat Rasulullah Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam kepada umatnya, umat yang mendambakan kebahagiaan dunia dan akhirat, umat yang menginginkan ridhoNya berupa surga, dan umat yang menginginkan dijauhkannya api neraka dari dirinya. Semoga kita termasuk ke dalam golongan umatnya yang senantiasa berusaha istiqamah dalam melaksanakan tiga wasiat Rasulullah Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam tersebut.
Wallahu A’lam bis Shawwab.  
Baca Juga : Bayangkan Saat Ajal Menjemputmu         


Post a Comment

Previous Post Next Post

Contact Form